Kudus (VoA-Islam) – Jelang Idul Adha, sebuah
pernyataan kontroversial dan menyinggung perasaan umat Islam keluar dari
tokoh Hindu yang mengeluarkan himbauan agar umat Islam tidak
menyembelih sapi atau kerbau. Alasannya, pada zaman Sunan Kudus
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa ada sebuah kebijakan yang diambil
untuk menghargai penganut agama Hindu Majapahit, telah melarang seluruh
umat Muslim untuk menyembelih hewan sapi atau kerbau di seluruh wilayah
Kudus, Jawa Tengah.
Seperti diberitakan Tribunenews.com, Rabu (24/10/2012) kemarin,
himbauan it terus disosialisasikan oleh Dr Shri I Gusti Ngurah Arya
Wedakarna MWS III, President The Hindu Center Of Indonesia yang juga Raja Majapahit Bali, di sela – sela dialog Islam – Hindu di Jawa Tengah, secara tertulis.
”Dalam rangka Idul Adha 2012 nanti, saya menghimbau semeton Islam
agar tidak menyembelih sapi sebagai kurban. Mungkin bisa diganti dengan
dengan hewan lainnya. Ini penting, karena di Bali, Sapi adalah hewan
yang disucikan, dan juga dipercaya sebagai kendaraan Dewa Siwa. Dan
mayoritas orang Bali adalah penganut Siwaisme," katanya.
Ia juga minta Desa Adat di Bali memberi pemahaman pada semeton
Islam. Sehingga tanah Bali ini tetap sakral dan suci. Ibaratnya, dimana
bumi dipijak, disana langit dijunjung seperti yang dilakukan Sunan Kudus
yang sangat toleran. Demikian Dr.Arya Wedakarna.
”Saya juga mengimbau agar perusahaan di Bali dan para pejabat di Bali
CSR jika ingin menyumbang, jangan memakai hewan sapi. Karena umat Hindu
harus memberi contoh dan teladan sebagaimana yang diajarkan Sang
Sulinggih. Mari hargai perasaan umat Hindu sehingga persatuan bisa
dijaga," ungkap President World Hindu Youth Organization (WHYO) ini.
Menanggapi pernyataan Dr Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III
tersebut Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama DPP Front Pembela
Islam (FPI) Habib Muhsin kepada itoday, mengatakan, Raja Bali itu tidak berhak melarang umat Islam di Bali berqurban dengan sapi.
"Harusnya dirumuskan bersama-sama dengan MUI setempat, Raja Bali tidak usah menghimbau atau melarang menyembelih sapi di Bali. Ini justru menimbulkan polemik," kata Habib Muhsin.
Dikatakan Habib Muhsin, berbagai pihak, baik MUI, tokoh adat di Bali harus membicarakan persoalan kurban sapi. "Selama ini khan qurban di Bali tidak masalah. Misalnya menyembelih sapi di ruangan tertutup," kata Habib.
Selama ini Umat Islam sudah toleransi dengan warga Hindu di Bali. "Yang namanya toleransi juga harus seimbang, umat Hindu juga harus menghormati keyakinan umat Islam termasuk membolehkan menyembelih sapi saat Idul Adha," jelasnya.
"Harusnya dirumuskan bersama-sama dengan MUI setempat, Raja Bali tidak usah menghimbau atau melarang menyembelih sapi di Bali. Ini justru menimbulkan polemik," kata Habib Muhsin.
Dikatakan Habib Muhsin, berbagai pihak, baik MUI, tokoh adat di Bali harus membicarakan persoalan kurban sapi. "Selama ini khan qurban di Bali tidak masalah. Misalnya menyembelih sapi di ruangan tertutup," kata Habib.
Selama ini Umat Islam sudah toleransi dengan warga Hindu di Bali. "Yang namanya toleransi juga harus seimbang, umat Hindu juga harus menghormati keyakinan umat Islam termasuk membolehkan menyembelih sapi saat Idul Adha," jelasnya.
Kabarnya, stok sapi potong di Pulau Dewata mencukupi untuk kebutuhan
Idul Adha walaupun diprediksi konsumsi meningkat hingga 1.500 ekor
dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra mengatakan, saat ini terdapat sisa stok untuk pemotongan sapi di lokal Bali sebanyak 12.140 ekor dan jumlah tersebut diprediksi akan mencukupi hingga akhir tahun.
Sunan Kudus Tentang Sapi
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra mengatakan, saat ini terdapat sisa stok untuk pemotongan sapi di lokal Bali sebanyak 12.140 ekor dan jumlah tersebut diprediksi akan mencukupi hingga akhir tahun.
Sunan Kudus Tentang Sapi
Masih segar dalam ingatan, tahun sebelumnya (Idul Adha 1432 H), Umat
Hindu di lingkungan Banjar Margasengkala, Desa Bedulu, Kecamatan
Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, justru menyumbangkan seekor sapi
untuk dijadikan kurban pada Idul Adha 1432 H di lingkungan masjid Nurul
Yaqin. Ini menunjukkan toleransi yang luar biasa dari seorang penganut
Hindu ketika itu terhadap umat Islam.
Tapi alangkah bodohnya, jika seorang Raja Bali menuduh Sunan Kudus
telah berani melawan syariat dengan melarang umat Islam menyembelih
sapi. Ini adalah sebuah kebohongan besar dan sejarah yang
diputarbalikkan.
Benarkah Sunan Kudus melarang umat Islam menyembelih sapi? Sepertinya
Raja Bali itu berkeyakinan dengan sejarah Sunan Kudus saat menyebarkan
agama Islam di wilayah Kudus yang ketika itu penduduknya masih banyak
yang beragama Hindu dan Budha. Untuk mengajak pemeluk hindu dan budha
masuk Islam, terlebih yang memegang teguh adat istiadat lama, Raden
Jakfar Sodiq atau Sunan Kudus menggunakan siasah dalam berdakwah.
Pada suatu hari Sunan Kudus membeli seekor sapi (dalam riwayat lain
di sebut Kebo Gumarang). Sapi tersebut berasal dari Hindia, di bawa para
pedagang asing dengan kapal besar.Sapi itu di tambatkan di halaman
rumah Sunan Kudus.
Rakyat kudus yang kebanyakan beragama Hindu itu tergerak hatinya, ingin tahu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus terhadap sapi itu. Sapi dalam pandangan agama Hindu adalah hewan suci yang menjadi kendaraan para Dewa. Menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para Dewa. Lalu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus?
Menurut keyakinan Raja Bali, Sunan Kudus tidak menyembelih sapi di hadapan rakyat yang kebanyakan justru memujanya dan menganggap binatang keramat. Ketika itu, halaman rumah Sunan Kudus di banjiri rakyat, baik yang beragama Islam maupun Budha dan Hindu. Setelah jumlah penduduknya datang bertambah banyak, Sunan Kudus keluar dari rumahnya.
Rakyat kudus yang kebanyakan beragama Hindu itu tergerak hatinya, ingin tahu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus terhadap sapi itu. Sapi dalam pandangan agama Hindu adalah hewan suci yang menjadi kendaraan para Dewa. Menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para Dewa. Lalu apa yang akan di lakukan Sunan Kudus?
Menurut keyakinan Raja Bali, Sunan Kudus tidak menyembelih sapi di hadapan rakyat yang kebanyakan justru memujanya dan menganggap binatang keramat. Ketika itu, halaman rumah Sunan Kudus di banjiri rakyat, baik yang beragama Islam maupun Budha dan Hindu. Setelah jumlah penduduknya datang bertambah banyak, Sunan Kudus keluar dari rumahnya.
Konon katanya, Sunan Kudus berkata seperti ini, " Sedulur-sedulur
yang saya hormati, segenap sanak kadang yang saya cintai. Saya melarang
saudara saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab di waktu saya
masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati
kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya.
Mendengar cerita tersebut para pemeluk agama Hindu terkagum kagum.
Mereka menyangka Raden Jakfar Sodiq itu titisan Dewa Wisnu,maka mereka
bersedia mendengar ceramahnya. " Demi hormat saya kepada jenis hewan
yang telah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk kudus
menyakiti atau menyembelih sapi!" pinta Sunan Kudus.
Kontan para penduduk terpesona atas kisah itu. Sunan Kudus melanjutkan, " Salah satu diantara surat-surat Al Qur'an yaitu surat yang ke dua dinamakan Surat sapi atau dalam bahasa arabnya Al Baqarah.” Masyarakat makin tertarik. Kok ada sapi dalam Al Quran, mereka jadi ingin tau lebih banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.
Kontan para penduduk terpesona atas kisah itu. Sunan Kudus melanjutkan, " Salah satu diantara surat-surat Al Qur'an yaitu surat yang ke dua dinamakan Surat sapi atau dalam bahasa arabnya Al Baqarah.” Masyarakat makin tertarik. Kok ada sapi dalam Al Quran, mereka jadi ingin tau lebih banyak dan untuk itulah mereka harus sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.
Demikian, sesudah simpati itu berhasil di dapatkan akan lapanglah
jalan untuk mengajak masyarakat berduyun-duyun masuk agama Islam.
Bentuk masjid yang di buat Sunan Kudus pun juga tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang Hindu. Menara Kudus yang antik itu,yang hingga sekarang di kagumi orang di seluruh dunia karena keanehanya.Dengan bentuknya mirip candi itu,orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak merasa takut atau segan masuk ke dalam masjid guna mendengar ceramah Sunan Kudus.
Bentuk masjid yang di buat Sunan Kudus pun juga tak jauh bedanya dengan candi-candi milik orang Hindu. Menara Kudus yang antik itu,yang hingga sekarang di kagumi orang di seluruh dunia karena keanehanya.Dengan bentuknya mirip candi itu,orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak merasa takut atau segan masuk ke dalam masjid guna mendengar ceramah Sunan Kudus.
Menarik untuk dikaji para sejarawan muslim, apakah Sunan Kudus telah
mengharamkan sapi untuk disembelih umat Islam atau sebagai strategi
dakwah semata. Atau cerita ini tak lebih mitos yang dikembangkan umat
Hindu di kalangan umat Islam. Wallohu’alam.
Sumber Voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar